John Navid is a Jakarta-based photographer with an eye for the raw and candid moments of everyday life. With a vintage sensibility that’s shaped his view of the world since childhood, he captures scenes that feel timeless—honest portraits of people and places often overlooked.
As a photographer, you’ll often find him wandering through Pecinan neighborhoods, lingering in old barbershops, or exploring wet markets—even while abroad on tour with his band, White Shoes & The Couples Company. In a rapidly modernizing world, John photographs to preserve the soul of the old and the beauty of the vintage, wherever he finds it.
Sporadik… Sporadis…
Sepengetahuan saya, artinya adalah sebuah pola tidak beraturan, lalu..
Spora… Artinya sel reproduksi yang dihasilkan oleh berbagai organisme seperti tumbuhan, jamur, dan bakteri.
Fakta 1 (Interview John Navid)
Cara John Navid berkarya adalah dengan ‘berjalan’ aja sampai akhirnya menemukan. Inspirasi datang saat John bergerak ke luar rumah, berkunjung ke pasar pasar loak secara berkala, dan pertemuan acak dengan benda lawas yang bisa memicu imajinasi atau koneksi dengan dirinya. “Saya gak bisa jelasin, saya suka aja.”
John mengoleksi momen dan membeli benda yang ia suka (catatan: kegiatan memotret & mengumpulkan benda lawas yang John lakukan, akan saya sebut mengoleksi). Kegiatan itu memantik imajinasi John yang dianggap memiliki kasta lebih tinggi dari bakatnya.“Sejalan dengan filosofi Albert Einstein, bahwa bakat hanya sebagian kecil, sisanya adalah daya cipta,” kata John.
Respon Penulis
Pola berkarya John ngalir aja. Ia jalan ke tempat yang ia suka, entah itu ada koneksi yang disadari ataupun tidak. John gak mencari makna tapi menunggu gema. Kadang fotonya yang jawab, kadang barang bekas, kadang gak ada jawaban, tapi tetap disimpan menunggu gemanya. John mengoleksi dengan acak. Setelah terkumpul, maka akan terlihat pattern sistematik dari koleksinya.
Kamu sedang mengoleksi apa, dan sudah terkumpul berapa banyak?
Sporadic, spoarcid, porasdic, orapdisc, aropdisc, sidcarop, caropdis, lanjutin.. Bukan titik final karena masih dalam proses. Bisa ropses, mungkin sorpes. Pergerakan kita mungkin acak, namun jika kita mengoleksi setiap titik perjalanan tersebut, kita bisa lihat seperti apa pattern kita. Sama seperti berada di depan Pasar Ciledug jam 18.00 dengan kondisi kemacetan acak malang melintang, keringat, bunyi klakson, angkutan umum ngetem, asap, panas. Namun dari ketinggian 300 meter di titik Pasar Ciledug yang sama, kita bisa lihat sebuah pattern yang harmoni.
Kamu udah ngumpulin titik pertemuanmu?
Fakta 2 (Interview John Navid)
John takut jamur, termasuk penyakit jamur di kulit.
Ia punya obat jamur yang disiapkan di 3 titik terpisah berdasarkan tempat:
1 di rumah
1 di tempat kerja
1 di tas.
(Menurut saya freak juga, sih.)
Namun dalam jalur yang tak direncanakan, John dipertemukan dengan jamur. Tawar-menawar keputusan John mengembangbiakkan jamur yang ada di buah naga adalah karena warna merah & guratan tekstur yang ia suka. “Pertemanan dengan jamur dilakukan kali ini saja,” kata John. Ketakutannya takluk oleh kebutuhan akan imajinasi jamur.
Menurut ChatGPT
Pertanyaan saya:
Bagaimana spora memantik tumbuhnya jamur?
Spora menyerap air
Begitu menyentuh permukaan yang lembab, spora mulai aktif, ibaratnya “bangun dari tidur”.
Spora berkecambah jadi miselium
Dari satu spora, keluarlah benang-benang halus bernama miselium. Inilah jaringan utama jamur, bentuknya seperti akar putih halus yang menyebar.
Miselium tumbuh dan menjalar.
Miselium ini akan terus menjalar, mencari makanan (biasanya dari bahan organik yang membusuk). Kalau kondisi cocok, ia akan berkembang luas dan menyatu dengan miselium lain.
Jamur tubuh buah muncul
Ketika miselium sudah cukup besar dan kuat, ia akan “muncul ke permukaan” dalam bentuk tubuh buah, ini yang biasa kita kenal sebagai jamur. Bentuknya bisa payung, kuping, bulat, atau abstrak.
*Informasi dari ChatGPT sampai di sini.
Respon Penulis
Hingga pameran ini dilaksanakan pun, proses ternak jamur di buah naga masih dilakukan John. Ia memperlihatkan guratan yang terjadi di permukaan buah naga, yang jika dilihat dari jarak tertentu, miselium yang tak beraturan tersebut membentuk sebuah pattern sistematik. Sama dengan pernyataan saya bahwa bentuk acak yang dikoleksi, pada akhirnya akan menunjukkan bentuk sistematik yang menarik untuk dipelajari.
Sebagai seorang fotografer dan pengajar, saya selalu terhubung dengan penangkapan momen kehidupan yang acak dan proses tumbuh manusia/siswa. Ada yang berhasil, tapi lebih banyak yang gagal. Mulailah melihat titik-titik keadaan gagalmu dari atas. Sama seperti cerita depan Pasar Ciledug jam 18.00 dari ketinggian 300 meter. Semoga kamu dapat melihat harmoni dalam hidupmu yang sudah pasti mati.
Seperti ucapan almarhum Nico Darmanjungen ke saya, “Anton, setiap orang pasti mati. Tapi saya pastikan, saya akan mati dengan menari!”
Salam Acak,
Anton Ismael




























